Wednesday, October 20, 2010

Penerapan Cognitive Behaviour Therapy dalam Kasus-Kasus Klinis

Oleh : Josephine M.J. Ratna, PG.Dip.Sc (UWA), M.Psych (Curtin), APS (Foreign Affiliate)


Pengantar

Cognitive Behaviour Therapy (CBT) merupakan salah satu alternative terapi yang dapat digunakan dalam intervensi psikologi, termasuk di dalamnya kasus-kasus klinis.

Baca ilustrasi di bawah ini :

Joe has been seeing a psychoanalyst for four years for treatment of the fear that he had monsters under his bed. It had been years since he had gotten a good night's sleep. Furthermore, his progress was very poor, and he knew it. So, one day he stops seeing the psychoanalyst and decides to try something different.


A few weeks later, Joe's former psychoanalyst meets his old client in the supermarket, and is surprised to find him looking well-rested, energetic, and cheerful. "Doc!" Joe says, "It's amazing! I'm cured!"


"That's great news!" the psychoanalyst says. "you seem to be doing much better. How?"


"I went to see another doctor," Joe says enthusiastically, "and he cured me in just ONE session!"


"One?!" the psychoanalyst asks incredulously


Yeah," continues Joe, "my new doctor is a behaviorist." "A behaviorist?" the psychoanalyst asks. "How did he cure you in one session?"


"Oh, easy," says Joe. "He told me to cut the legs off of my bed."


Dari ilustrasi di atas dan cukup banyak contoh nyata yang menunjukkan bahwa banyak kasus klinis akut dan kronis yang secara mencengangkan dapat di’selesaikan’ dan klien/pasien menunjukkan kemajuan yang berarti setelah terapis menerapkan teknik CBT. Apakah hal ini membuktikan bahwa CBT adalah teknik yang lebih baik dibandingkan teknik terapi lainnya ?

Tidak demikian. CBT pada dasarnya berkembang dan bersintesis dengan berbagai macam pendekatan lain, namun dengan menekankan adanya tahapan dan system yang memungkinkan baik klien, terapis maupun individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung ikut menjadi bagian yang tidak terpisahkan untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan.


Perkembangan Cognitive Behaviour Therapy

Dasar empiris dari pendekatan kognitif – perilaku dalam mengatasi permasalahan psikologis sebenarnya berawal dari pandangan Darwinian yang menyatakan bahwa ada kesinambungan antara manusia dan hewan, dimana perilaku primitif hewani dapat diaplikasikan dan digeneralisasikan pada manusia. Hal ini dibuktikan dengan teori Pavlov – Classical Conditioning dimana disimpulkan bahwa perilaku dan respon emosional dapat dikondisikan/dikontrol, termasuk di dalamnya adalah pemahaman tentang fenomena psikopatologi.

Konsep dan pemahaman bahwa ada faktor belajar pada manusia yang memungkinkan ia mengontrol perilaku dikenal dengan pendekatan Operant Conditioning, dimana ditekankan bahwa perilaku akan dikuatkan atau berubah tergantung pada manipulasi dari konsekuensi yang ada. Semakin menyenangkan konsekuensi yang akan diperoleh dari suatu tindakan, maka tindakan yang sama akan cenderung diulang. Semakin negatif akibat yang mungkin diterima dari suatu perilaku, diharapkan perilaku tersebut akan berubah atau menurun frekuensinya.

Teknik terapi perilaku yang lebih menekankan pada hasil akhir yaitu perubahan perilaku menjadi berkembang pesat dengan dikenalkannya berbagai pendekatan baru seperti :

• Watson dengan teori generalisasi pada rangsang yang mirip ;
• Wolpe dengan pendekatan desensitisasi sistematis ;
• Bandura dengan teori modeling/imitasi ;
• Mowrer dengan eksperimentasi enuresis (melibatkan aspek fisiologis) ;
• Dollard & Miller dengan teori psikoanalitik dan teori belajar yang menonjolkan peran budaya dan faktor sosial dalam pembentukan nilai dan perilaku ;
• Wolpe dengan penjelasan neurofisiologi terhadap munculnya rasa takut dan cemas serta bagaimana manusia pada dasarnya belajar tentang rangsang yang menimbulkan kecemasan dari respon fisiologinya ; memperkenalkan pentingnya pengalaman nyata pada individu yang nantinya dipergunakan untuk membuat individu tersebut mampu mengembangkan kemampuan imajinasi akan suatu situasi yang mencemaskan untuk kemudian mengontrolnya melalui teknik relaksasi

Dalam perkembangan selanjutnya, semakin banyak teori yang menekankan bahwa ada faktor lain yang sangat mempengaruhi perilaku dan bagaimana perilaku yang ini akan dapat menimbulkan konsekuensi yang lebih luas dan/atau patologis apabila tidak ditangani dengan benar. Faktor lain yang dimaksud adalah faktor kognitif dan pengaruh lingkungan.

Integrasi aspek kognitif dan perilaku berkembang dari teori 3 sistem yang diperkenalkan oleh Lang dan Rachman, dimana pada individu terdapat aspek perilaku, kognitif/afektif dan fisiologis yang walaupun berkaitan namun tidak berubah pada saat yang sama – desynchronous. Pemahaman tentang 3 sistem ini membawa angin segar dalam perkembangan intervensi psikologis karena semakin dipahami bahwa munculnya problem tidak terlepas dari 3 sistem yang saling berkaitan namun masing-masing sistem memiliki karakteristik unik yang perlu dipertimbangkan.

Pada akhirnya pendekatan CBT sangat dipengaruhi oleh :

• Teori Bandura tentang observational learning dan self-efficacy yang menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh proses pencernaan kognitif akan hal-hal yang diobservasi sebelum munculnya perilaku serta efektivitas dari perubahan perilaku yang sangat bergantung pada persepsi individu sendiri ;

• Meichenbaum yang memperkenalkan model self instructional training, dimana dikemukakan bahwa perubahan perilaku dapat terjadi bila individu sendirilah yang mengubah instruksi, menginginkan perubahan tersebut terjadi dan melatihnya ;

• Cognitive therapy yang diperkenalkan oleh Beck – yang menemukan korelasi antara negative thinking pada penderita depresi dan untuk mengatasi depresi sangat penting bagi individu tersebut untuk menyadari, menemukan dan mengubah pemikiran negatif otomatis yang muncul tentang diri sendiri, pengalaman saat ini dan masa depan (cognitive triad)

Pengertian dan Ciri-Ciri CBT

Cognitive Behaviour Therapy adalah model terapi terstruktur jangka pendek yang melibatkan kolaborasi antara individu yang bermasalah dengan terapisnya dalam rangka mencapai tujuan terapeutik yang telah disepakati bersama

Ciri-ciri CBT :

1. Melibatkan kerjasama aktif antara KLIEN, TERAPIS, KEY OTHERS, RELEVANT OTHERS

2. Psikolog sebagai mediator & fasilitator ; menolong klien mengenali pola berpikir yang menjadi sebab timbulnya disfungsi perilaku

3. Tujuan terapi adalah :

• menyusun secara seksama dan terstruktur tugas yang akan digunakan oleh klien dan terapis dalam rangka menolong klien mengevaluasi dan mengubah distorsi pola pikir dan disfungsi perilakunya

• Memberi kesempatan klien belajar beradaptasi dalam situasi kini dan mendatang

4. Mengacu pada :

• perubahan yang diharapkan klien (realistik dan memungkinkan adanya evaluasi)

• Keterlibatan dan partisipasi klien untuk menolong dirinya (self-help)

5. Time limited therapy

Model Pengukuran CBT

Ada beberapa cara yang biasa dipergunakan dalam CBT untuk mendapatkan informasi sekaligus menjadi bagian dari proses terapi, yaitu :

1. Behavioural Interviewing

2. Self Monitoring

3. Self-report questionnaires

4. Information from other people

5. Direct Observation of behaviour

6. Behavioural by-products

7. Physiological Measures

Ke-7 model di atas tidak harus dilakukan semuanya namun bergantung pada kasus yang ada.


Penerapan CBT

Untuk menggunakan pendekatan CBT dalam menangani kasus, sangat penting diperhatikan bahwa terapis harus terlebih dahulu memahami bahwa CBT tidak dapat diterapkan pada klien-klien tertentu (dependent personality, dalam pengaruh obat-obatan, kelainan neurofisiologi, tidak dapat diajak berkomunikasi, dan tidak punya konsep self-help).

CBT tidak dapat dijalankan terpisah dari pendekatan lainnya, sehingga dapat dikatakan bahwa CBT justru memberikan fleksibilitas bagi terapis dan klien untuk mengeksplorasi cara tertentu untuk mengungkap sesuatu.

Contoh : ketika interview, klien dan keluarga dapat diminta untuk menjabarkan onset (awal mula munculnya perilaku bermasalah) dengan membuat urutan kejadian (time event chart) atau bila dirasakan lebih nyaman dengan teknik psikoanalisa dapat pula dilakukan demikian.

Mengingat keberhasilan CBT sangat tergantung pada kolaborasi dan peran aktif klien (self instructional training), maka klien sering akan diminta memberikan catatan tentang permasalahannya untuk kemudian dibahas pada pertemuan selanjutnya. Memberikan PR dan proses mencatat hal-hal tertentu yang disepakati pada pertemuan sesungguhnya mempunyai fungsi terapeutik bagi klien sendiri sehingga pada pertemuan selanjutnya lebih ditekankan pada anchoring insight (mengkonfirmasi dan memberikan penegasan pada insight yang muncul).

Contoh penerapan CBT pada kasus kecemasan :

 Anxiety : perasaan cemas atas situasi yang dianggap / dirasakan membahayakan

 Tujuan CBT : membantu klien mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengubah persepsi bahaya yang tidak realistis dan mengubah perilaku yang menyebabkan salah persepsi

 Tipe kecemasan : Panik, Generalized Anxiety

 Model kognitif ?

 Pelaksanaan CBT :

* Identifikasi pemikiran negatif

* Mengubah pikiran negatif dan

perilaku yang menyertai

pikiran tersebut

Contoh penerapan CBT pada kasus depresi :

 Faktor penyebab bervariasi dan interaksi banyak faktor

 Gejala depresi :

* sedih berlebihan

* mudah menangis

* rasa bersalah

* menganggap diri menyusahkan

* merasa tidak berguna kini & yang akan datang (masa depan)

* mudah tersinggung, cemas dan tegang

 Tujuan treatment depresi :

* Mempercepat penyembuhan dari episode depresi

* Mengalihkan individu ke situasi tidak / bukan depresif menjadi normal dan

proporsional

* Mencegah terjadinya episode berikut (kekambuhan) yang lebih parah

 Model kognitif ?

 CBT untuk depresi

Bertujuan agar klien dapat berpikir lebih rasional serta berani mengubah perilakunya

untuk keluar dari episode depresi

 Biasanya mencoba mengatasi cognitive errors

 Strategi utama : Cognitive à Behavioural à Cognitive Behavioural à Preventive strategies


Penutup

Cognitive Behaviour Therapy memberikan angin segar dalam intervensi psikologis dan sudah banyak penelitian yang menemukan efektivitas dan efisiensi dari penerapan pendekatan ini untuk kasus-kasus klinis. Namun CBT tidak dapat diterapkan untuk menyelesaikan semua masalah psikologis dan tidak dapat dilaksanakan terpisah dari pendekatan lain.

Terapis yang hendak menerapkan pendekatan CBT ini hendaknya melatih diri, memiliki keyakinan akan efektivitas intervensi ini dan fleksibel untuk mendesain program yang sesuai untuk tiap kasus. Latihan terus menerus akan meningkatkan kepekaan penggunaan model pengukuran dan pemberian tugas untuk mendapatkan informasi yang relevan sekaligus memungkinkan proses penggalian informasi sebagai bagian dari proses terapeutiknya sendiri. Ukuran keberhasilan adalah pada bagaimana klien mampu mengidentifikasi sendiri distorsi pola pikir yang mempengaruhi perilakunya atau bagaimana perilakunya menimbulkan pola pikir disfungsional yang menghambat aspek kehidupan lain dalam dirinya.

2 comments:

  1. Kesehatan : I am fascinated by this post. Thank you very much.

    ReplyDelete
  2. Saya sudah melakukannya untuk pasien diabetes tipe 2, Bu. Terimakasih atas informasinya.
    Seni melakukan CBT memang beragam dan kadang perlu fleksibilitas melakukannya

    ReplyDelete