Beban yang dihadapi Nia Daniaty, secara psikologis memang berat. Meskipun yang memiliki persoalan itu suami, namun ebagai public figure, justru ia yang menjadi sorotan dan pergunjingan masyarakat. Apalagi perkawinan pertamanya juga berantakan.
Untuk meringankan beban itu, menurut psikolog Dra. Josephine Maria Julianti Ratna, M. Psych., Nia Daniaty harus berpikir secara rasional, tidak perlu hanyut dalam persoalan yang dihadapi suaminya. Juga tidak perlu menyalahkan suami, karena hal itu akan memunculkan persoalan baru dalam rumah tangganya.
"Persoalan yang sedang dihadapi adalah persoalan suami dengan wanita yang pernah menjadi istrinya. Beri kesempatan kepada suami untuk menyelesaikan," kata Josephine.
Apa Nia tidak merasa ditipu? "Persoalan suami tak semuanya diketahui istri. Begitu juga sebaliknya, karena setiap individu memiliki persoalan masing-masing. Apalagi mereka baru menikah dan pacarannya juga relatif sebentar. Wong yang sudah berkeluarga selama bertahun-tahun saja belum tentu tahu semua persoalan yang dihadapi pasangan kok. Nia Daniaty tak perlu merasa dirinya ditipu," kata Josephine.
Disamping itu, lanjutnya, Nia tidak perlu banyak berkomentar tentang kasus itu. Semakin dia banyak berbicara, akan menimbulkan polemik, dan tentunya dia akan semakin menjadi sorotan masyarakat dengan berbagai macam penilaian. Dan hal itu justru akan menjadikan beban Nia semakin berat.
Sumber:
Harian Surya, 7 April 2002
Showing posts with label Rumah Tangga. Show all posts
Showing posts with label Rumah Tangga. Show all posts
Sunday, April 7, 2002
Friday, January 11, 2002
Perhatikan Pakaian Dalam
Banyak hal yang harus dilakukan untuk membina dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Di antaranya, saling memberikan perhatian dan menghargai. Bentuk perhatian pun bisa bermacam-macam. Kebiasaan yang dilakukan Manajer Australian Education Centre di Surabaya, Josephine M. J. Ratna, merupakan salah satu contoh kecil, namun cukup berarti.
Ibu dua orang anak, kelahiran Surabaya, 4 Januari 1968 ini tidak pernah lupa memberikan ucapan selamat kepada suami, setiap tanggal kelahiran, pernikahan dan tanggal pertama pacaran. "Jadi setiap bulan, minimal tiga kali kami memberikan ucapan selamat. Suami juga melakukan hal yang sama. Untuk tanggal perkawinan dan tanggal pertama pacaran, terkadang suami yang lebih dulu memberi ucapan selamat, terkadang saya. Meski tampak sepele, sangat bermakna bagi kami," tuturnya.
Selain memberi ucapan selamat, yang juga mendapat perhatian serius adalah pakaian dalam. Masters of Clinical and Health Psychology Curtin University of Technology, Western Australia ini tidak sembarangan dalam memilih pakaian dalam. Selain memperhatikan faktor kesehatan, juga masalah keindahannya. Ia tidak mau mengenakan pakaian dalam asal-asalan, demi suami.
"Kalau kita mengenakan pakaian dalam asal-asalan, menurut saya itu sama dengan tidak menghargai suami, sebab pakaian dalam hanya suami yang melihatnya. Begitu juga pakaian di rumah. Masak kita di hadapan orang lain mengenakan pakaian bagus, di hadapan suami mengenakan pakaian seenaknya. Bisa-bisa suami lebih suka memperhatikan orang lain," kata alumni Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya ini.
Sumber:
Rubrik Tamu Kita - Harian Surya, Jumat 11 Januari 2002
Ibu dua orang anak, kelahiran Surabaya, 4 Januari 1968 ini tidak pernah lupa memberikan ucapan selamat kepada suami, setiap tanggal kelahiran, pernikahan dan tanggal pertama pacaran. "Jadi setiap bulan, minimal tiga kali kami memberikan ucapan selamat. Suami juga melakukan hal yang sama. Untuk tanggal perkawinan dan tanggal pertama pacaran, terkadang suami yang lebih dulu memberi ucapan selamat, terkadang saya. Meski tampak sepele, sangat bermakna bagi kami," tuturnya.
Selain memberi ucapan selamat, yang juga mendapat perhatian serius adalah pakaian dalam. Masters of Clinical and Health Psychology Curtin University of Technology, Western Australia ini tidak sembarangan dalam memilih pakaian dalam. Selain memperhatikan faktor kesehatan, juga masalah keindahannya. Ia tidak mau mengenakan pakaian dalam asal-asalan, demi suami.
"Kalau kita mengenakan pakaian dalam asal-asalan, menurut saya itu sama dengan tidak menghargai suami, sebab pakaian dalam hanya suami yang melihatnya. Begitu juga pakaian di rumah. Masak kita di hadapan orang lain mengenakan pakaian bagus, di hadapan suami mengenakan pakaian seenaknya. Bisa-bisa suami lebih suka memperhatikan orang lain," kata alumni Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya ini.
Sumber:
Rubrik Tamu Kita - Harian Surya, Jumat 11 Januari 2002
Subscribe to:
Posts (Atom)