Sunday, May 18, 2008

ABG Kasmaran? Capek Deh …


Masih ingat kasus Rico Ceper bukan? Duda berusia 34 tahun ini berpacaran dengan cewek ABG berusia 16 tahun, Stachy Lubis atau dipanggil achy. Meski saling cinta dan tak ada paksaan, cinta mereka dinilai terlarang. Achy memilih lengket bersama penyiar radio itu dibandingkan dengan orangtuanya.

Emosional, Pilihan Sesaat
Orangtua dengan anak ABG sudah selayaknya ekstra hati-hati. Josephine Ratna, M. Psych, psikolog klinis dari Rumah Sakit Surabaya Internasional menuturkan, saat memasuki usia puber, remaja cenderung emosional. Terutama pada ABG perempuan. 

“Biasanya keputusan yang mereka ambil lebih bersifat situasional. Bukan keputusan jangka panjang, karena mereka lebih mengedepankan emosi,” terang Josephine. Artinya peran dan sikap orangtua yang benar dibutuhkan saat anak memasuki masa rawan ini. Berikut beberapa tipsnya.

·         Orangtua harus menjalankan perannya sesuai usia anak. Bila anak berusia di bawah lima tahun, orangtua berperan sebagai orangtua. Saat anak berusia lima tahun hingga sebelum puber, orangtua berperan sebagai guru. Dan untuk usia puber ke atas, orangtua harus menganggap si anak sebagai teman. “Orangtua harus bisa mengubah pola asuhnya. Jangan terus-terusan menerapkan aturan lama,” saran Josephine.
·         Di saat anak masuk dalam fase puber, ketertarikan terhadap lawan jenis datang lebih cepat. Dan tak dimungkiri, dorongan-dorongan seksual pasti pernah dirasakan. “Di waktu inilah, butuh pengalihan dari dorongan-dorongan yang timbul tersebut. Misalnya mengikuti kegiatan sekolah yang membuat mereka bangga,” kata Josephine.
·         Cara berkomunikasi antara orangtua dan anak perlu diperhatikan. Orangtua tidak boleh selalu merasa benar dan memaksakan kehendaknya. Masa remaja adalah masa eksperimentasi. Semakin dilarang, anak akan semakin berontak dan tidak percaya. Nah, di sini orangtua harus pandai-pandai menyampaikan pesannya. Salah satunya lewat contoh-contoh.
·         Orangtua yang jenis kelaminnya dengan anak, diharapkan bisa lebih dekat hubungannya. Bila anak perempuan, maka peranan ayah sangat penting. Anak akan lebih percaya karena si ayah berbeda dengan dirinya. “Namun kadang si bapak tidak siap bila harus berdekatan dengan putrinya. Sementara si ibu tidak rela bila harus jauh dari putrinya yang beranjak dewasa,” kata Josephine.
·         Jangan langsung menghakimi apa yang dilakukan anak. Orangtua hendaknya mengerti kebutuhan anak saat itu. Di masa puber, anak butuh disayangi, diperhatikan dan dikagumi. “Tak ada orangtua yang ingin mencelakakan anaknya. Dan yang paling pas untuk tempat curhat adalah orangtua,” tegas Josephine. (tis)

Sumber:
Harian Surya, Minggu 18 Mei 2008

Sunday, May 11, 2008

Main Boneka Cara Digital

Bagus untuk Edukasi Kehidupan

Life simulation game adalah salah satu bentuk kemajuan teknologi di dunia permainan. Permainan itu mengambil beberapa fase dalam kehidupan, seperi bekerja, menikah, dan berinteraksi dengan orang lain. Prinsipnya, permainan seperti ini bagus untuk edukasi. Sebab, mengajarkan pemainnya untuk mengatur strategi hidup. Misalnya, bagaimana mengatur pengeluaran atau bagaimana mencari pekerjaan. Namun, tetap ada bahayanya. Apalagi jika saat bermain, ia lantas berbuat curang. Itu akan membuat pemain berpikir bahwa kehidupan bisa disikapi seperi itu. Padahal, kenyataannya tidak. Dalam kehidupan nyata, ada seperangkat aturan. Sementara itu, dalam life simulation game, tidak ada feedback. Yang penting, jangan sampai aktivitas memainkan life simulation game mengganggu interaksi kita dengan orang lain dalam kehidupan nyata.

Sumber:
Deteksi Jawa Pos, Minggu 11 Mei 2008